Bahagianya Bahagia

Gambar Istimewa

Hikmah esdenews.com,- Menurut Al-Qur’an, kebahagiaan sejati bukan hanya kesenangan duniawi, tetapi terletak pada ketenangan jiwa, kepatuhan kepada Allah SWT, dan meraih kebahagiaan di akhirat. 

Hal ini dicapai dengan beriman, bertakwa, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, serta menggunakan kenikmatan dunia sebagai sarana untuk kebahagiaan abadi di akhirat.
 
Ciri-ciri orang yang bahagia menurut Al-Qur’an, khusyuk dalam salat dan menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang sia-sia atau tidak melakukan hal-hal yang tidak berguna. Selain itu menunaikan zakat dengan memberikan sebagian hartanya kepada yang membutuhkan, menjaga kehormatan diri kecuali kepada pasangan yang sah.

banner 325 x 300

Kemudian memelihara amanah, janji, bertanggung jawab dan menepati janji semua itu dilakukan semata hanya untuk mendapatkan rahmat dan ridha Allah agar dapat meraih keselamatan dari azab dan masuk surga. Taat kepada Allah dan Rasulnya senang mengajak pada kebaikan dan menghindari akhlak tercela.

Selalu merasa cukup dan tidak terus-menerus menginginkan lebih, peduli terhadap kerabat dan tetangga. Karena pada dasarnya kebahagiaan sering didefinisikan sebagai suatu kesenangan dan ketenteraman hidup, keberuntungan, dan kemujuran yang bersifat lahir dan batin. 

Titik tekan yang hendak menjadi acuan dalam kebahagiaan adalah ketenteraman. Adapun tenteram berarti perasaan aman, damai, dan sentosa lahir dan batin, bebas dari segala yang menyusahkan. Kata lain yang menggambarkan kebahagiaan adalah kenikmatan, kepuasan, dan kesenangan.

Baca Juga:  Derajat yang paling Tinggi bagi Manusia adalah Takwanya

Kenikmatan diartikan sebagai keadaan yang nikmat, yang antara lain berkonotasi pada kecukupan dalam hal makanan dan tempat tinggal. Sedangkan kepuasan diartikan perihal atau perasaan puas, lega, gembira karena telah terpenuhi hasrat hatinya, yang dapat saja berkonotasi negatif, misalnya hasrat mencelakakan orang lain. Adapun kesenangan diartikan sebagai kondisi senang karena mendapatkan keenakan dan kepuasan.

Pada dasarnya kebahagiaan sering didefinisikan sebagai suatu kesenangan dan ketenteraman hidup, keberuntungan, serta kemujuran yang bersifat lahir dan batin. Titik tekan yang hendak menjadi acuan dalam kebahagiaan adalah ketenteraman. Adapun tenteram berarti perasaan aman, damai, dan sentosa lahir dan batin, bebas dari segala yang menyusahkan. Kata lain yang menggambarkan kebahagiaan adalah kenikmatan, kepuasan, dan kesenangan.

Kenikmatan diartikan sebagai keadaan yang nikmat, yang antara lain berkonotasi pada kecukupan dalam hal makanan dan tempat tinggal. Sedangkan kepuasan diartikan perihal atau perasaan puas, lega, gembira karena telah terpenuhi hasrat hatinya, yang dapat saja berkonotasi negatif, misalnya hasrat mencelakakan orang lain. 

Namun ada beberapa prinsip dasar yang membedakan antara kebahagiaan, kenikmatan, kepuasan dan kesenangan. Kebahagiaan merupakan kondisi kejiwaan yang meliputi ketenteraman yaitu perpaduan antara rasa aman, damai, dan tenang. Sedangkan kenikmatan, kesenangan, maupun kepuasan walaupun bisa menjadi barometer kebahagiaan, namun tidak dapat disangkal bahwa ketiganya juga dapat mendatangkan kesengsaraan atau lawan dari kebahagiaan.

Baca Juga:  Dzalim dan Fitnah Merupakan Dosa Besar

Manusia akan selalu berhadapan dengan dua realitas ini, yaitu kesenangan atau kesusahan, termasuk ekspresinya, yaitu tertawa atau menangis. Tangisan adalah tanda kesedihan atau sesuatu yang menyakitkan, sedangkan tertawa adalah bukti kebahagiaan, kegembiraan, atau kesenangan.

Orang yang berbahagia biasanya menampakkan wajah yang penuh senyuman atau berseri-seri. Sebaliknya, orang yang sedih biasanya menunjukkan wajah yang muram atau penuh tangisan. Orang yang sengsara adalah orang yang sesat, tidak tau jalan hidup yang harus ditempuh, tidak sadar apakah ia berbuat benar atau salah, atau tidak dapat membedakan mana yang hak dan yang batil.

Sementara orang yang bahagia adalah kebalikan dari itu. Jiwanya tenang, hatinya tenteram, tenang menghadapi persoalan, hatinya disinari cahaya iman kepada Allah, dan di dalam jiwanya tertanam akidah yang kuat dan sadar bahwa segala sesuatu telah diatur oleh Allah Swt.***

Penulis: curasman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *